Pages

About

Skip to main content

Sedekah Waktu


Jika kekayaan dihitung dari materi, kupastikan bahwa aku adalah orang yg berkecukupan. Meski bukan orang yg berkelebihan. Cukup untuk makan, cukup untuk menyewa tempat tinggal yg nyaman, cukup untuk hidup tenang. Alhamdulillah. 

Namun jika kekayaan dilihat dari waktu luang yg dimiliki, maka sekali lagi kupastikan tanpa sedikitpun keraguan, bahwa:

Aku adalah golongan orang yang kaya raya

Alhamdulillah, waktu luang yang kupunya lumayan banyak, bahkan berlebih. Melihat stok waktu luang yang kupunya, sepertinya aku termasuk dalam deretan orang-orang terkaya di dunia, kaum elit, kelas atas, atau seperti istilah sekarang aku ini seorang crazy rich. Yah, begitulah gambaran “asset waktu luangku” saat ini. 

Atas kekayaan waktu yg kumiliki, sudah sepatutnya kekayaan ini kubagi-bagi, kuberikan bagi orang-orang terdekat yang membutuhkan. Aku menamainya SEDEKAH WAKTU.

Ketika ada yang meminta untuk ditemani, untuk diantar, untuk bertemu, untuk dimasakin, atau untuk sekadar didengarkan. Akan kusedekahkan waktu luang yang kumiliki. Sebisa mungkin, semampuku.

Karena hakikatnya sedekah tidak melulu tentang nominal dan materi, bukan?

Ilmu atau pengetahuan tentang sesuatu, skill, tenaga, dan waktu luang yang kita miliki adalah bentuk lain dari pundi-pundi kekayaan yang dapat disedekahkan kapan saja, kepada siapa saja yang membutuhkannya.

***


"Bisa jaga sepupumu di RS?" Bisa

"Bisa temanin tante di rumah?" Bisa

"Tolong antar/jemput ..." Oke!

"Tolong jagain si adek" Siap!

"Acaranya hari minggu. Datang dari sabtu pagi ya, bantu masak-masak" Baik!

"Aku lagi di kotamu, ketemu yuk" Ayuk”

"Aku mau cerita" Sini aku dengar

Pernah punya pikiran: Ya Allah, aku mau jadi orang kaya. Supaya bisa berbagi ke orang-orang. Supaya bisa membantu orang sebanyak-banyaknya. Supaya bisa memberikan manfaat kepada sesama. 

Pikiran ini tentu saja tidak salah. Namun sedikit cacat logika, karena kaya yang kumaksud adalah kaya secara finansial. Nunggu banyak harta dulu untuk bisa berbagi, untuk bisa membantu, untuk bisa bermanfaat. Kelamaan!

Lalu mulai sadar, sebenarnya ada banyak jenis kekayaan lain yang mungkin aku miliki dan bisa jadi jalanku sebagai manusia untuk bermanfaat kepada manusia lainnya. Ternyata aku punya kekayaan yang tak semua orang punya: waktu luang yang melimpah ruah.

Walaupun masih sebatas kepada orang-orang terdekat saja. Aku mulai berusaha memberikan waktuku saat mereka membutuhkan.

Mulai tidak mempermasalahkan seharian di rumah sakit untuk menjaga keluarga yang sedang dirawat, meskipun sebenarnya aku tak nyaman dengan aroma ruangan dan obat-obatan. Tidak keberatan bolak-balik mengantar sepupu atau keponakan, meski sebagai anak rumahan aku tak suka berpanas-panasan di jalanan. Tidak mengapa membantu urusan dapur di rumah saudara yang mengadakan hajatan sambil menyimak webinar atau zoom meeting. Melebarkan pendengaran disaat sahabat bercerita panjang lebar tentang masalahnya, meski masalah sendiri cukup besar.

Bukan, bukan mau sok-sokan jadi "si paling selalu ada" atau “si paling selalu bisa”

Tapi ini tentang pilihan. Setiap kita berhak memilih dengan cara apa kita bisa menjadi manfaat untuk sesama. Bagiku, dengan cara memberikan waktu luang.

Penikmat hujan | Pelahap semangka | Pencinta malam | Pemuja jeda

Comments